Jumat, 12 Oktober 2018

Ujian bagus belum tentu pintar

Nilai dalam kertas putih dengan embel-embel rapot menjadi hal yang sangat diperjuangkan oleh para siswa diera sekarang ini. Bahkan banyak yang menggunakan cara curang hanya demi nilai yang mereka pikir dapat merubah hidup mereka menjadi lebih baik.
.
Ujian bagus menjadi target utama karena dapat merubah seseorang. Penilaian pendidikan seorang siswa dinilai dari ujiannya, bukan usaha ataupun kejujuran yang dia lakukan.
.
Guru-guru yang tak peduli asal dari nilai dan perjuangan seorang siswa. Hanya menerima berdasarkan wujud yang telah dikumpulkan. Padahal kenyataannya dengan tak mempedulikan asal nilai tersebut banyak dari pihak yang dirugikan dan tentu saja semakin menghancurkan generasi bangsa ini.
.
Pihak-pihak yang dirugikan itu diantaranya siswa yang benar-benar berjuang dan belajar menjadi putus asa. Tentu saja, karena dia menjadi pesimis dan berfikir bahwa yang berjuang dan curang itu sama. Apalagi jika seorang guru yang tidak melihat perjuangan murid didiknya.

Selain itu, hal tersebut mampu melemahkan mental dan otak anak didik. Yang berusaha akan jatuh secara mental karena sudah kalah dari yang curang. Dan  melemahkan otak adalah anak didik yang terbiasa berbuat kecurangan tanpa memikirkan dampaknya, akan terus-menerus melakukan kecurangan. Hingga saat ia melakukan ujian tanpa ada orang lain yang bisa diandalkan, maka otaknya tak lagi bisa diajak berfikir selain kecurangan.
.
Oleh sebab itu, seharusnya pendidikan Indonesia tak lagi berpusat pada nilai pada selembar kertas. Tapi juga harus memperhatikan aspek lain, seperti Budi pekerti dan kejujuran anak didik. Dan jika kecurangan itu terus berlanjut, maka tak dapat dipungkiri lagi bahwa generasi bangsa akan semakin hancur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar